image source: https://jonessammy.com |
Belum sehari penuh. Malam pun
masih berhutang banyak untuk jadi esok. Tapi semua berantakan untuk
dilanjutkan. Ada yang seperti pemimpi gila, ada yang seperti pendengar yang ‘setia’.
Semua berlakon layaknya dua yang saling mengasihi tapi memaki kenyataan dalam
hati. Pemimpi itu mengulang imajinasi dan menyambung cerita kenyataan yang
sudah berlalu, seperti menyambung hal yang sudah permanen diputuskan. Sedangkan
yang satu lagi mendengar, tapi tak memerhatikan. Keduanya merasa saling
dihargai tapi ada angin di antara keduanya untuk menghempas udara ke mulut
pemimpi dan menambat pendengaran pendengar itu. Dan imajinasi itu menjadi
mentah dan terlupakan.
Seorang pendengar meminta maaf
dan berlalu pergi, seperti pekat malam yang tak akan bersalah jika menyayat
kulit dengan kedinginan kemudian berganti terik yang mengoyak pandangan karena
silau. Sedangkan pemimpi memutar kisah hari ini dan menemukan kesalahannya. Baiklah aku diam dalam sambungan suara dari
pulau lain itu daripada bermimpi bersama seorang yang bukan pemimpi.