Guliran Waktu

Tembang melana dari menara tinggi di bawah bulan
Seloroh angin berbisik mengendap telinga,
Menyentuh wajah 'tuk beranjak dari khayalan nyenyat
Desis seretan perut melata mengusik sunyi di kekelaman
Percikan tirta langit menyentuh atap basahi tanah
Dengkuran penghuni malam lenyap lambat-lambat

Pujangga waktu beranjak tinggikan mentari
Silaunya menyusup robekan celah penghubung luar dan pengap
Bisikan-bisikan berpadu teriaki raga 'tuk semakin terjaga
Menyusur telaga harap menyaingi sinar surya

Langkah menjejak kemana-mana
Membongkar persemedian penguasa manusia
Lanjutkan nafas seraya menyembunyikan sedikit di kantong esok
Tenangkan jiwa akan siaga 'tuk sambung benang-benang perjuangan

Friday
May 27, 2011 (08.06pm)
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Agust 3, 2011

Pandanganku kabur,
Tapi netrahatiku jelas melihatmu
Jika malam ini yang membunuhku,
Namun tetap nafasmu menyambung perjuanganku
Nyenyat ini tak sekelam hatiku
Saat suaramu hanya gema di sanubariku

Mungkin cintaku tak sebesar hawa yang menimangmu,
Tapi cemburuku telah membunuh perhatianku pada yang lain

Inginku menjamahmu,
Pulas dalam hangat jasadmu,
Merasakan desah nafasmu,
Bertumpu pada tubuhmu, dan
Mencium bibirmu,
Bahagia merajai aku
Meski jantungku teremas tuk menyudahi kisah
Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Di Balik Hujan

image source: http://iphonesia.com/
 
Matahari enggan menampakkan diri. Sepertinya hari akan hujan. Angin sudah menari di hadapanku, pertanda badai kembali datang.
Dari arah pintu, tertangkap pandanganku sesosok tubuh kecil yang ku kenal. Helga. Dia menutup pintu perlahan dan kemudian membalikkan tubuhnya.
Ruang kelas masih sepi. Kami sengaja menutup pintu agar angin tidak menembus masuk dan menghantarkan hujan ke kelas kami. Keadaan begitu pucat hingga itu mampu membuatku jatuh terlelap.
Seorang lagi terdengar membukakan pintu dan kemudian menutupnya. Aku mengacuhkan itu. Namun, seseorang yang datang tadi menjejak ke arahku dan menyentuh pundakku. Akupun tersentak dan bangun. "Happ..." Ahh, Dana rupanya!
"Hai, Ren! Kok, tidur?" Dana mengajakku ngobrol dan membuyarkan rancangan mimpiku.
"Abis suasananya dingin, Dan!" aku menggubrisnya dan memperhatikan sekujur tubuhnya yang kering tanpa titik-titik hujan. "Kok, kamu nggak basah, Dan? Padahal, kan, hujan, badai lagi"
"Oh, bukannya ada mantel yang bisa menghindarkanku dari hujan?" Dana tampak dingin ketika mengucapkan kata-kata tadi. Kemudian dia ambil posisi duduk di sampingku.
"Lho, Dana..ini, kan, tempat duduk Sandra.. Kamu tau, kan, kalo dia paling benci mendapati orang yang lagi duduk di tempatnya?" Aku menasehati Dana yang sembarangan duduk di bangku Sandra.
Dana hanya diam, kemudian menunduk sejenak, dan selanjutnya memandang lurus ke depan. Dana terlihat aneh hari ini. Dia beralih padaku. Dia menatap mataku dengan pandangan kosong.
Dana anak yang lembut dan ramah. Tak biasanya dia lancang menatap mata lawan bicaranya. Namun, kali ini tidak. Dia melumpuhkan serangan tatapan mataku. Aneh! Pandangan k0songnya begitu tajam. Tak kusangka dia berani seperti ini.
"Tenang Rena! Sandra tak akan datang hari ini. Dia ada di rumahku!" Dana menjawabku dengan pandangan dalam.
"Ada apa di rumahmu?" aku mendesak Dana ingin tau.
Dana kembali terdiam dan mengeluarkan sesuatu dari tasnya, kemudian memberikan itu padaku. 'Hah! Hanya buku absen. Tak ada yang spesial!'
"Kamu lupa lagi, ya mengembalikan absen?" Aku bertanya pada Dana yang sekilat sudah berdiri dan meraih tasnya hendak pergi meninggalkan tempat duduk Sandra.
"Iya, Ren!" Dana mengatakan pernyataan itu dan kembali menatapku dalam.
Aku tetap tak sanggup melawan pandangan lancang itu. Aku beralih pada buku absen yang diberinya padaku. Dana memang ketua kelas yang baik namun dia memiliki kebiasaan buruk yang selalu membuat Bu Lena, guru BP marah. Dia selalu lupa mengembalikan buku absen.
Buku absen kutimang dan kuperhatikan. Buku absen itu kotor dan ada beberapa titik merah. Aku mengernyitkan kening dan ingin menanyakan apa titik-titik merah itu.
Ketika aku mengangkat kepalaku dan ingin menanyakan titik merah itu, Dana tak ada di samping. Dia menghilang. Hanya aku yang ada di dalam kelas. Aku meneriakkan nama Dana. Tapi dia tak juga muncul. Selanjutnya aku merasakan guncangan. Dengan sekali kedip mata, kelas sudah ramai.
Aku mengangkat punggungku yang telungkup di meja. Ternyata Bunga yang menggoncang tubuhku dan berusaha membangunkan aku. Aku hanyut dalam kebingungan. Dari beberapa siswa yang berada di dalam kelas, tak satupun yang menggambarkan sosok seorang Dana.
'Dana mana, ya?'
Aku masih meliarkan mataku mencari bayangan Dana. Tapi hasilnya tetap NIHIL.
Tiba-tiba Ananda berteriak histeris dari arah sudut dan jatuh pingsan.
Aku mendekati Ananda yang dikerumuni 1kelas. Farah meraih ponselnya yang masih terhubung dengan 'seberang'.
"Halo...."
Semua orang yang mengerumuni Ananda beralih menatap Farah penasaran. Farah melemas setelah mendengar sesuatu dari seberang. Farah kemudian terduduk dan tak air matanya menetes. Aku masih ikut arus kebingungan.
"Ada apa, Far?" Noni menanya Farah yang semakin menangis.
"Ada apa, sih, Far?" Aku mendesak Farah untuk menjawab kepenasaran ini.
Farah menunduk dan terisak, "Dana tabrakan!"
Kalimat itu menamparku. Jantungku bagai petir menggelegar. Aku tidak percaya. Perasaanku menangis bagai gerimis yang renyai. Baru tadi aku berbincang dengan Dana.
Sekilas kudengar, Dana tewas ditabrak truk. Skutermatik yang dikendarainya hancur sedangkan Dana harus kehilangan nyawanya.
'Dana! Dana......!' aku menyebut namanya hingga air mataku menetes.
Aku mundur dan menjauh dari kerumunan orang. Aku menatap keluar. Hujan masih saja setia. Di balik hujan, kulihat Dana melambaikan tangannya dan menghilang. Aku menangis dan tertunduk. Tertangkap pandanganku absen yang diberinya tadi. Kuraih absen itu dan sehelai kertas jatuh dari dalamnya, tertulis :
"TERIMA KASIH BUAT KESETIAAN KALIAN"...
Aku semakin menangis dan kurasakan ada kesakitan batin.....
"Dana! Kau tetap sahabatku!"

Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Popular Posts

Recent Posts

Categories

Copyright © Anastasya Hutasoit | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com